Equipment Anak Arsitek
18.54
Masuk jurusan arsitektur adalah pilihan yang kadang bisa jadi menyenangkan atau menyedihkan. Pasalnya apakah kamu bener-bener punya passion di bidang ini? Karena menurut pendapat saya, yang menjadi hambatan terbesar bukanlah IQ yang kamu miliki, namun minatmu pada sesuatu. Ketika kamu menyadari bahwa kamu suka serta memiliki passion di jurusan ini, maka BOOM! Semoga kamu jadi mahasiswa super di angkatan kamu! Sori sotoy, nah sekarang kita langsung aja bahas tentang hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk menjadi anak Arsitektur. Bukan harus dipersiapkan juga sih, mungkin lebih tepatnya, hal-hal yang bakal kamu pegang atau sebaiknya kamu miliki untuk menunjang kegiatanmu di bidang Arsitektur.
Untuk teman-teman yang baru mau masuk jurusan arsitektur, atau sudah bergabung dan akan memulai perkuliahan, saya akan kasih beberapa info singkat yang mungkin berguna untuk kalian. Hal-hal ini mungkin tidak akan kalian butuhkan secara sekaligus dalam satu waktu, namun bisa jadi bertahap sesuai dengan bobot kuliahmu nanti di jurusan Arsitektur. Hal ini tentunya juga beragam, berdasarkan universitas masing-masing.
Pada kegiatan sehari-hari, umumnya para mahasiswa arsitektur memerlukan peralatan dasar seperti Drawing pen, penggaris segitiga, pensil HB-2B, pensil warna, gunting, cutter, stok kertas A4 maupun A3 hingga tabung gambar. Peralatan dasar ini akan kamu gunakan dari awal semester hingga kamu lulus nantinya. Sehingga investasi di peralatan ini cukup penting, terutama pada awal semester yang akan menuntut mahasiswa baru untuk melakukan pekerjaan hand-drawing.
Kuliah di Arsitektur juga identik dengan survey lokasi. Lokasi merupakan salah satu aspek penting dalam arsitektur, karena perbedaan karakter pada lokasi sangat menentukan respon desain yang akan kita buat, sehingga tidak jarang hal tersebut memaksa kita untuk mengambil beberapa foto pendukung survey. Di beberapa universitas seperti Undip, memiliki kuliah tersendiri untuk teknik fotografi yang disebut Teknik Komunikasi Arsitektur. Penamaan mata kuliah tersebut dikarenakan sebuah karya fotografi turut menunjang kepekaan sang arsitek untuk mencari view terbaik bangunan yang nantinya dapat digunakan sebagai media presentasi hasil desain.
Nah kalau begitu bisa disimpulkan bahwa jurusan arsitektur cukup memerlukan sebuah kamera. Untuk yang banyak duit, tidak jarang sampai membeli DSLR. Sayangnya kamera semahal itu tidak dapat digunakan dengan maksimal, terutama karena survey kuliah tidak dilakukan setiap hari, mungkin sebulan hanya sekali atau dua kali di awal perkuliahan. Namun keberadaan kamera dapat membantu menunjang kegiatan lain seperti organisasi atau hobbi kuliah. DSLR juga dinilai terlalu mencolok jika kamu ingin melakukan survey pada sebuah tempat, dimana kamu tidak mendapatkan ijin, namun dosen mengharuskan kamu mendapatkan beberapa view pada lokasi tersebut. Opsi kamera handphone juga tidak kalah dengan kamera profesional yang beredar saat ini.
![]() |
Anak arsitektur umumnya jago foto (minimal tau sudut bagus) |
![]() |
Super Komputer buat GAMING!! *eh |
Selanjutnya adalah kebutuhan akan Komputer Pribadi. Pada masa saya berkuliah dulu, tidak banyak tugas yang harus saya kerjakan di kampus. Urusan tugas umumnya saya kerjakan di kamar kos, bilapun ada tugas kelompok, seringkali saya hanya membagi tugas maupun mencatatnya untuk dikerjakan di kos. Saya secara pribadi berdasarkan pengalaman di kuliah arsitektur cenderung memilih menggunakan PC ketimbang laptop. Kenapa? karena secara kita ketahui bahwa fungsi utama laptop adalah fleksibilitas. Saya yang dulu kuliah di Arsitektur undip, menghabiskan waktu pukul 08.00-13.00 di kampus hanya untuk mengikuti kuliah. Dan biasanya mengerjakan tugas itu mulai sore hingga malam, dan dilakukan di kost. Karena seperti yang kita ketahui bahwa spesifikasi PC dapat kita sesuaikan dengan kebutuhan kita, dan cenderung lebih powerful ketimbang laptop dengan harga yang sama.
Lalu ini juga penting, karena studi kasus yang saya amati bahwa ketika menggunakan laptop yang cenderung lambat dalam pekerjaan 3D maupun rendering, mahasiswa berpotensi lebih malas untuk lebih bereksplorasi dan mengasah skill grafis.
Lalu ini juga penting, karena studi kasus yang saya amati bahwa ketika menggunakan laptop yang cenderung lambat dalam pekerjaan 3D maupun rendering, mahasiswa berpotensi lebih malas untuk lebih bereksplorasi dan mengasah skill grafis.
Menggunakan PC menjadi poin plus dimana kamu dapat melatih kemampuan 3D dan rendering dari semester awal, dan nantinya akan berguna di semester atas. Ingeet, gak perlu yang mahal, namun cukup untuk dipakai sampai 4 tahun mendatang. Poin negatifnya, PC membatasi aktivitas kamu untuk mengerjakan tugas diluar kost.
Kelebihan laptop adalah mudah untuk dibawa kemana-mana. Saat ada kerja kelompok di kost teman, kamu jadi tidak harus bengong seperti pengguna PC. Begitu pula saat menjelang deadline, ketika kamu harus nge-print banyak gambar, sementara tempat print tentu akan diserbu ratusan mahasiswa lainnya yang juga deadline. Dengan menggunakan laptop, kamu bisa mengantri sambil tetap ngerjain tugas di laptop, sedangkan pengguna PC dipaksa untuk menyelesaikan tugasnya dulu, baru pergi ke tempat printer, dan mengantre. Beruntung jika tempat printnya sudah canggih dan bisa saja dikirim file via email.
Buku juga cukup penting, terutama buku-buku referensi soal arsitektur. Berbeda dengan jurusan lain, jurusan arsi bukannya belajar malah disuruh banyak melihat ragam-ragam bentuk, sehingga apa yang kita desain tidak kaku dan monoton. Standar minimal sih katanya mesti baca DK Ching dan perbanyak majalah arsitektur untuk menambah ke-luwes-an desain kamu.
Meja gambar perlu ngga? Di jaman saya, tidak perlu. Meskipun tetap ada tahap dimana kita harus menggambar secara manual, namun dapat dilakukan di meja biasa. Terlebih untuk universitas yang memiliki studio gambar sendiri akan sangat terbantu karena ada meja gambar yang disediakan oleh kampusnya. Pada jaman saya dulu, saya menggunakan meja 'blat' untuk menyalin gambar di kost. Meja 'blat' merupakan meja custom yang dapat dibuat di toko kayu dengan menggunakan kaca sebagai alas gambar, dan lampu neon yang berada dibalik kaca. Sehingga kamu dapat men-jiplak gambar dengan bantuan alat tersebut. Jujur benda itu sangat membantu saya selama 4 tahun saya berkuliah Arsitektur.
Meja gambar perlu ngga? Di jaman saya, tidak perlu. Meskipun tetap ada tahap dimana kita harus menggambar secara manual, namun dapat dilakukan di meja biasa. Terlebih untuk universitas yang memiliki studio gambar sendiri akan sangat terbantu karena ada meja gambar yang disediakan oleh kampusnya. Pada jaman saya dulu, saya menggunakan meja 'blat' untuk menyalin gambar di kost. Meja 'blat' merupakan meja custom yang dapat dibuat di toko kayu dengan menggunakan kaca sebagai alas gambar, dan lampu neon yang berada dibalik kaca. Sehingga kamu dapat men-jiplak gambar dengan bantuan alat tersebut. Jujur benda itu sangat membantu saya selama 4 tahun saya berkuliah Arsitektur.
1 comment
Sebagai website penyedia jasa arsitek malang, kami mengerti pentingnya berkomunikasi bagi Anda.
BalasHapus