Curcolnya ABK (Anak Baru Kerja)

22.57

Udah lama banget gue gak ngepost disini, maklum yee sekarang uda sibuk kerja (baca:sibuk bangeet). Sibuknya gue sekarang memang belum sekelas eksekutif yang mondar-mandir meeting di hotel mewah dengan fasilitas kelas atas. Gue hanya buruh gambar. Setiap hari yang gue lakukan adalah berada di depan komputer untuk mencari ribuan alternatif desain untuk diajukan. Dan setiap hari jum'at gue meluncur ke lapangan, untuk berpanas-panas ria sambil meeting ditemani sepiring snack lontong dan aqua gelas. 

Gile loh, tiap hari tak terasa sudah menjadi rutinitas, bolak-balik Bekasi-Jakarta menempuh perjalanan 1 jam menggunakan motor--itupun jika tidak macet-- lalu dikantor kerja bisa sampai jam 10 malam! Sampai bingung, kapan ada waktu buat yang lain. Emang sih kerja tuh bikin waktu terasa cepet banget. Baru juga duduk dan scroll sketchup sama cad, tau-tau matahari sudah terbenam.

Kerja itu capek ? betul, sekarang baru ngerasain deh gimana capeknya orang tua kita kerja. Gue sih selow ya, masih naik motor, agak cepet. Mereka naik mobil, tau sendiri macetnya Jakarta. Saat ini sih gue belom fokus apa-apa ya, masih coba adaptasi sama pace kerja yang serba deadliners. Beberapa kali jantung mau copot gara-gara deadline ga karuan. Seperti mendadak tugas seabrek yang harusnya dikerjain tiga orang, dikasih buat gue doang pas jam makan siang, lalu disuruh ready buat besok pagi. Tak elak, gue pun harus lembur karenanya.

Okee gue akhirnya bisa mulai menabung sejak kerja, sebelumnya susah banget! Setiap dapet uang project pasti habis untuk memuaskan nafsu perut. Gue juga mulai membayangkan beratnya tugas sebagai laki-laki semenjak lulus kuliah. Duh salah satu yang gue kepikiran terus nih, nikah. Hal yang notabene merupakan kewajiban tiap umat Islam yang seharusnya simple, namun di era modern menjadi melonjak tajam kesulitannya. Nikah jaman sekarang minimal mesti punya duit 100juta, ini gue generalisasi aja ya. Di sisi cowo mah sederhana mungkin mau-mau aja, sisi cewe ? susah sob! Terus gue juga memikirkan mesti punya modal, minimal rumah. Pasaran sekarang sih kisaran 800juta. "mahal banget?" damn! masa arsitek rumahnya kaplingan ? desain sendiri laah (gaya bgt, gapapa prinsip!).

Sori banget ini tulisan absurd, gue tulis via hape, belom sempet edit, cuma mau ngeluarin isi kepala. mau taro dimana lagi deh, di medsos ? ah ntar malah dikritik, medsos sekarang bukan media sosial , melainkan dinas sosial, ngurusin banget urusan orang dah. Masih banyak sih gundah gulanah yang pengen ditulis, maklum gue introvert, jadi banyak "mendem" kata-kata yang gak bisa keluar lewat mulut. 





"Arsitek seharusnya adalah pekerjaan yang elit, iya dong, kita meeting langsung dengan owner bos bos, bikin project gedung setinggi langit, bahkan kolomnya aja lebih lebar dari diameter perut gua. Tapi kami kerja sangat keras, tau ga sih ? saking kerasnya kami mecahin batu pake kelingking!! mata dipaksa melek ke layar tanpa kenal waktu." gumam gue sambil bekerja dengan ngantuk. Ya itulah kami, dapur arsitek sebenarnya, kami kurang tidur.  Tapi kami bahagia, karena inilah yang kami sukai, inilah passion kami. Kami jarang (hampir tidak pernah) jumpa dengan manusia diluar spesies kantor kami. Sampai untuk mengatakan sesuatu kami minta pertolongan angin yang berhembus dari grill ducting AC menuju koridor sebelah *apasih! tak apa, kami kebal, saat ini memang berat, karena kami ditempa untuk tidak manja, diasah untuk semakin tajam dan lincah. Sayangnya perilaku kami seperti batu, ketika berhadapan dengan layar, kami membatu. Semua sunyi dan diam, tiba2 sudah berselang 9 jam kemudian~ jangan renggut kebahagiaan kami, kami ingin kembali ke masa kecil kami, menggambar tanpa beban, mewarnai tanpa aturan, tertawa 200x sehari (makin absurd). forget it!

gimana menurut kamu yang udah kerja atau baru kerja? share dong pengalaman atau pemikiran kamu hehe.

You Might Also Like

0 comment