Mungkin hal serupa juga dialami temen-temen, yang nggak tau mau ngapain disaat puasa. Bahkan diantara banyak orang yang mulai persiapan mudik, kita jadi bingung, dirumah bosen, pergi ke mall gak bisa makan. Lalu ngapain? jawabannya adalah dengan berwisata. Salah satu tempat yang bisa dijadikan pelampiasan wisata adalah Monumen Nasional. Klasik banget sih kedengerannya. Kayaknya cuma anak-anak deh yang pergi kesini. Hehe tapi gak juga kok. Selain tempatnya yang berada di pusat ibukota, biaya masuk monas tergolong murah bahkan gratis. Sehingga kita bisa menghabiskan waktu ngabuburit kita untuk menikmati pesona monas. 

Sesampainya di Monas kurang lebih pukul 10 pagi. Karena kurang gaul dan tidak ada persiapan akan destinasi yang dituju, saya memarkirkan mobil di Stasiun Gambir. Dan itu SALAH BANGET. Seharusnya mobil bisa diparkir didalam area monas karena pintu masuk utamanya melalui jalan yang berada didepan balaikota. Kesalahan ini menyebabkan gue harus bercapek-capek ria untuk jalan kaki dipelataran pedestrian menuju komplek monas. Tentunya, masih berpuasa. Beruntung, hari tidak begitu panas.

Sesampainya didalam komplek monas, SEPI. YA! siapa juga yang mau ke monas siang bolong sambil puasa kalau bukan orang aneh kaya gue. Beruntung, ini jadi poin plus tersendiri, karena banyak sekali spot-spot yang bagus untuk dijadikan spot foto favorit namun sulit dicapai karena terlalu ramai. Tapi tunggu! sebagai wisatawan awam, gue pengen banget bisa masuk ke museum dibawah monas, serta naik ke puncak monas. Ini yang disesalkan, signage atau penanda jalan menuju lokasi tersebut sangatlah minim. Saya harus berputar-putar keliling monas untuk bisa mencapai gardu tiket menuju puncak monas. Ditambah sedang berpuasa, haus coy!

Ternyata loket masuk monas berada di level basement! dan memiliki tunnel sendiri untuk masuk monasnya. Saya sungguh takjub. dan benar, waktu puasa adalah waktu tersepi untuk mengunjungi monas. trust me. 

Berada di puncak monas memiliki kesan tersendiri untuk saya. Ternyata puncaknya kecil ya ._. untungnya tidak ramai, sehingga saya memiliki kesempatan untuk mencoba teropong yang sudah disediakan. Dalam kondisi tidak ramai saja, mengantri menuju puncak bisa dikatakan memakan waktu. Antrian terjadi pada saat naik dan turun. Ukuran lift yang kecil menjadi kendala terbesar. Kapasitasnya mungkin hanya 7-8 orang jika tidak salah. Ya mungkin pada jamannya, lift tipe itu sudah termasuk yang besar. Sehingga bukaan shaft lift menyesuaikan kondisi tersebut. Dampaknya, saat ingin upgrade ke ukuran yang lebih besar menjadi sulit.

Berjalan-jalan ke monas pada saat puasa disiang hari merupakan ide yang brilian. Bagi kamu yang kuat, akan sangat menyenangkan, karena sangat sepi! tapi buat kamu yang lemah, tidak dianjurkan karena nanti bisa bisa malah nyolong buka di sevel gambir hehehe.